[RESENSI] Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan



It's been over a year since I left this page alone huhu I'm sorry. Now I'm back with a new category and absolutely about books I've read.

[It's gonna be a long post]

Buat yang kenal gue mungkin akan terkaget-kaget ketika menemukan gue membaca buku dengan genre ini. Yap, it was kinda not my favorite, sorry to say. Tapi emang menurut gue, buku bacaan bergenre history tentang agama Islam yang easy to read emang sangat-sangat sulit ditemukan. Kebanyakan lebih ke tafsir agama atau buku-buku yang cenderung "Ya Allah apakah dia jodohku?" atau "Bagaimana Menjadi Istri Sholehah" atau "Bagaimana Cara Agar Cepat Bertemu Jodoh" dan some of another cringe titles.


Langsung aja kalo gitu yaaw w ga mau kebanyakan nyindir ntar dosa w makin banyak heu.

I'm gonna give this book 8.9/10! Yeay! Percayalah emang sebagus itu. Belum di angka 9 memang, karena gue rasa masih banyak susunan-susunan kalimat yang agak gue kurang paham dikarenakan sangat-sangat mengutip sabda Rasul. Tapi dari ceritannya, gosh, lo akan paham kenapa Nabi Muhammad SAW memang benar merupakan nabi terbaik sepanjang sejarah. Terlepas dari bagaimana kalian memandang cerita nabi ini apakah kalian yakini benar atau hanya cerita anak-anak. Penulis Tasaro GK dengan apik membungkus cerita nabi-nabi yang biasa kita dapetin waktu ngaji jadi sebuah cerita dengan logika yang sangat cocok dengan realita.

Di dalam bukunya, ada cerita yang sebenarnya saling berhubungan. Pertama, cerita Nabi Muhammad SAW sebagai seorang yang memperjuangkan agama Islam hingga ke berbagai negeri, dan seorang ahli ilmu agama yang disebut Sang Pemindai Surga bernama Khasva dari Persia. Mostly, cerita Nabi Muhammad SAW (BUAT YANG DULU RAJIN NGAJI) memang begitu keadaannya, hanya ditambahkan detail bagaimana Beliau berjuang dari mulai dihina hingga diagung-agungkan. Sedangkan Khasva diceritakan sebagai seorang yang disebut pengkhianat oleh kerajaan di Persia karena dianggap berusaha mengubah ajara Zardhust (agama leluhur bangsa Persia), hingga akhirnya melarikan diri menuju Tibet.


(Fotonya sengaja di atas sajadah biar semakin terlihat sholehah)

Ada satu chapter yang ngebuat gue cukup berlinang air mata karena cerita pelariannya si Kashva ini. Jadi Kashva sebelum jadi buronan negara Persia, dia adalah seorang ahli agama di Persia yang tujuannya nanti untuk tetap meluruskan ajaran Zardhust tadi. Hingga akhirnya dianggap berkhianat, Kashva kemudian dipaksa melarikan diri oleh Yim yang merupakan koki dan kepala pelayan tempat kuilnya tinggal dan dikawal sama anaknya Yim yang gagah perkasa tapi menyebalkan di akhir, namanya Mashya.

Dulu waktu masih di kuil, Yim punya anak perempuan yang bertugas jadi temen diskusinya Kashva tentang ilmu agama, namanya Astu. Astu ini diceritakan sebagai sosok yang pribadinya mudah berubah-ubah. Macem moody gitu lah. Kadang haus perhatian, tapi kadang ga peduli sama orang sama sekali. Sampai akhirnya Kashva naksir sama si Astu ini karena udah cocoklah pokoknya. Sayangnya, Astu harus pergi dari kuil karena dijodohkan dengan seorang pemimpin Desa Gathas bernama Parkhida.

And then time flies....


(Lucu ternyata Bapak Obama..)

Setelah 10 tahun, Kashva dipertemukan lagi dengan Astu yang saat itu sudah memiliki anak berusia 4 tahun bernama Xerxes. Gathas menjadi tempat pertama Kashva melakukan pelarian, that's way he's there. Singkat cerita, Kashva yang belum move on dari Astu terus membujuk secara halus (dan tidak) Astu meninggalkan Parkhida. Parkhida dideskripsikan sebagai seorang lelaki dengan tubuh besar seorang petarung, temparamen yang naik turun, dan (pokoknya) bukan suami yang tepat buat Astu.

Setelah sekian lama Kashva berlindung di Gathas, ia dapat kabar bahwa Yim dikabarkan telah meninggal dan jasadnya dalam perjalanan pulang ke Gathas dan buruknya bersama dengan pasukan Persia yang sedang mengejar Kashva. Dan saat inilah... Ketika Kashva bersiap kabur lagi, Astu dengan berat hati namun harus, memaksa Kashva untuk membawa Xerxes dalam pelariannya. Anak yang mati-matian dia benci namun akhirnya berhasil dia sayangi. For the sake's of Xerxes lifes, katanya.

Dengan berat hati juga, Kashva akhirnya membawa Xerxes, for the sake's of their loves. Jadilah mereka melakukan pelarian yang awalnya entah ke mana tujuannya. Kashva di sini juga diceritakan bahwa ia mengetahui mengenai sebuah ramalan akan datang seorang lelaki suci dari tanah Arab yang nantinya mampu menjadi seorang penyelamat umat. Berdasarkan ramalan tersebut dan demi meluruskan ajaran Zardhust, ia (mereka) rela menempuh perjalanan sejauh apapun demi bertemu dengan orang yang sekiranya mampu memberikan jawaban atas ramalan tersebut.


Di sisi lain, Nabi Muhammad SAW diceritakan lebih dominan sebagai seorang pemimpin yang mampu menambah jumlah pengikutnya dari waktu ke waktu. Yang tadinya dianggap sebagai pembawa agama sesat, tidak sesuai dengan ajaran leluhur, hingga akhirnya mememiliki pengikut setia yang rela berwudhu dengan air wudhu bekas Nabi Muhammad SAW. (Correct me if I'm wrong).

Nabi Muhammad SAW juga dideskripsikan sebagai pribadi yang welas asih, terpuji, pengampun, terpercaya, dan berbagai sifat sempurna lainnya. Namun, Tasaro GK juga tidak lupa menggarisbawahi sifat manusia yang juga punya rasa takut. Nabi Muhammad SAW pernah diselimuti rasa takut ketika mendapatkan wahyu pertamanya di Gua Hira. Ia berlari pulang dan menceritakan semua kepada istrinya Khadijah mengenai turunnya wahyu dari Allah berupa "IQRA". Keadaan Nabi Muhammad SAW dideskripsikan sebagai sosok yang gemetar dan bingung apa maksud dari wahyu tersebut, simply, karena Beliau pada saat itu tidak bisa membaca.

Namun karena dukungan Khadijah, Nabi Muhammad SAW mencoba kembali "bermeditasi" di Gua Hira hingga akhirnya mendapatkan sebuah surat pendek yang saat ini kita tahu dengan nama Al-'Alaq di mana kalimat pertamanya berbunyi "Iqro" yang artinya "Bacalah".

Di akhir cerita, Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya yang tinggal di Madinah, hendak melakukan penyerangan ke Mekah dengan alasan kaum Quraisy dengan sengaja melakukan pengkhianatan perjanjian damai dengan kelompok Madinah, namun dengan catatan tanpa ada peperangan dan tumpah darah. Dengan rencana matang, Nabi Muhammad SAW membawa semua pengikutnya yang bahkan jumlahnya dianalaogikan sebagai "langit malam pun terlihat seperti siang karena obor yang dibawa pengikut-Nya". Bahkan sebelum berperang pun, Nabi Muhammad SAW sempat memberikan warning kepada warga Mekah yang masih menjadi suku Quraisy untuk berlindung di rumah Abu Sufyan atau mengunci pintu rumahnya atau berlindung di dalam masjid dengan catatan akan tidak tersentuh jika terjadinya perang.


Mekah yang merupakan tempat lahir Nabi Muhammad SAW pun akhirnya berhasil direbut tanpa adanya pertumpahan darah yang berarti. Bahkan dengan penaklukan Mekah tanpa perang ini, membuat kaum Quraisy menjadi yakin bahwa memang Nabi Muhammad SAW lah utusan Tuhan, utusan Allah SWT. Dan.. menjadikan Mekah sebagai kiblat dan rumah bagi seluruh umat Muslim di seluruh dunia. Berbondong-bondonglah kaum Quraisy akhirnya mengucapkan la ilaha illallah, wa asyhaduanna Muhammadarrasulullah. Jadilah meraka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.

P.S. Tasaro GK udah mengeluarkan sequel dari buku ini dengan judul "Muhammad: Para Pengeja Hujan" dan "Muhammad: Sang Pewaris Hujan". Doakan rezeki ku lancar terus biar ku bisa beli lanjutannya, amin 😁

Comments

Post a Comment

Popular Posts